Senin, 02 Mei 2011

Love Story (cinta sebuah pilihan?)




Menurut kita, cinta adalah dimana seseorang melihat lawanjenisnya dengan hati. Dan menyayangi tulus tampa adanya hal-hal lain diluar itu. Akibat dari hal itu timbul rasa cinta yang disebut cinta apa adanya. Mungkin secara lisan orang dapat berkata demikian yang intinya sama. Tapi secara hati mungkin lain lagi ceritanya. Memang benar, tidak semua orang seperti itu. Tapi banyak orang yang mencari cinta untuk kesenangan pribadinya. Bohong kalau dijaman ini orang melihat cinta dari hati. Yang pertama kali dilihat seseorang oleh cinta adalah fisik. Pada awalnya akan bahagia bahkan sangat bahagia, tapi pada akhirnya di tutup oleh air mata.

Jenis kelamin saya pria. Sekarang saya duduk di bangku sekolah menengah atas. Saya adalah seorang yang belum pernah merasakan yang namanya cinta. Cinta itu seperi apa, bagai mana rasanya, saya pun tidak tahu. Di antara teman-teman saya, hanya saya yang belum mengenal cinta. Semua teman saya sudah memiliki kekasih. Mangkannya saya sering diejek tidak normal. Belum pernah merasakan cinta bukan berarti tidak normal menurut saya kepada teman-teman saya. Dalam pikiran saya saat ini hanyalah membahagiakan kedua orang tua dan menjadi  orang yang bermanfaat. Pemikiran yang mulia memang, tetapi entah mengapa teman-teman saya tertawa mendengarnya. Mungkin ada yang sayah dari cara pemikiran saya. Tapi, ya sudah lah… saya tidak terlalu mempersulit keadaan dengan memikirkan tertawaan teman-teman saya. Karena setiap orang punya cara berfikirnya sendiri-sendiri menurut saya.

Semua teman saya berfikir bagai mana caranya saya tidak sendiri lagi, atau bagai mana caranya saya merasakan apa itu cinta. Saya pun tidak memperdulikan kesibukan yang mereka lakukan. Saya hanya men”iya”kan saja.

Sampai pada suatu hari saya melihat seorang gadis cantik yang rambutnya terurai panjang. Saya dibuat kagum olehnya, tepat berda di kantin sekolah. Dia tiba-tiba duduk di depan saya. Kini kita satu meja, tepat sekali dia berhadapan dengan saya. Saat itu juga saya berfikir bahwa ini adalah “akal-akalan” teman-teman saya. Saya hanya menatap wajahnya yang cantik dalam hitungan detik saja. Saya langsung berdiri dari tempat duduk dan berniat untuk pindah. Dia menatap saya dan langsung berkata mengapa saya terburu-buru. Kemudian saya menjawab dengan wajar bahwa saya ada janji. Akhirnya kami berdua mulai basa-basi, perkenalan, dan bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Dia menayakan soal cinta. Saya menjawab dengan jujur bahwa saya tidak pernah merasakan apa itu cinta.

Sudah lama akhirnya kita berteman. Saya mulai menyukai dia. Saya pun menjadi tempat curahan hati untuknya demi ingin lebih dekat dengannya. Sampai suatu saat saya berfikir apakah mau seorang gadis cantik seperti dia menerima cinta saya yang bertampang pas-pasan, bahkan dibawah standar. Saat itu saya mulai sadar. Bahwa cinta harus memilih, dan saya juga menyadari bahwa saya adalah bukan pilihan sebagai “cowok idaman” bagi para wanita. Saya pun berkaca.  Saya memiilih, saya tidak akan menyukainya lagi walaupu perasaan itu masih ada.

Salah satu teman dekat saya yang pertampang sangat rupawan menyatakan cinta padanya. Mendengarnya saya sangat senang, karena mereka sangatlah pantas untuk menjadi pasangan kekasih. Tetapi dia menolak cinta dari teman dekat saya yang rupawan itu. Saya menanyakan hal demikian padanya.

Dia menjawab.
“dia memang rupawan, dia memang tampan, banyak wanita yang menggandrunginya. Tetapi apakah hatinya juga tampan setampan wajahnya. Susah bagi saya untuk menjaga hati saya dari kecemburuan saat bersamanya… saya malah lebih memilih anda untuk menjadi kekasih saya, karena anda adalah orang yang sangat sederhana. Anda adalah orang baik yang berbakti pada orang tua. Anda mengutamakan orang tua dibanding yang lain. Saya senang dengan sikap anda yang demikian. Jadi maukah anda menjadi kekasih saya…?”

Saya berkata.
“lalu bagaimana dengan saya, bagaimana caranya saya menjaga hati saya dalam kecemburuan yang amat sangat saat bersama dengan anda…? Saya pun lebih sulit menjaga hati saya…”

Dia menjawab.
“kita sudah saling mengenal, saya mengetahui anda, demikian anda yang sudah lama mengetahui saya. Cinta itu adalah sebuah pilihan hati… bikan sebuah pilihan fisik atau materi.”

Saya menyadari bahwa saya selama ini adalah salah… masih banyak orang diluar sana yang haus akan kasih sayang… mereka mencari cinta bukan dari fisik atau materi… melainkan dari hati… mungkin mereka sudah sangat berpengalaman dalam hal cinta. Saya menerima cinta dia yang dia tulus mencintai saya sesuai pilihan hatinya. Saya pun tulus mencintainya bukan melihat fisiknya, tetapi melihat dari hatinya…

3 komentar:

  1. keren foto nya bagus saya taro youtube ya saya izin tom alcore

    BalasHapus
  2. Cinta itu emank sangat susah di mengerti.
    Ceritanya menarik

    BalasHapus
  3. anggun siibalweldzZ27 November 2011 pukul 15.14

    hargailah cinta :)

    BalasHapus